Cara kedua diperlihatkan oleh seekor beruang hutan. Anda ingat kisahnya? Betul. Tersebutlah dua orang sahabat sedang berjalan bersama melewati sebuah hutan. Tanpa mereka sadari, tiba-tiba seekor beruang keluar dari semak-semak dan menghadang di depan. Reaksi keduanya amat berbeda. Lantaran amat ketakutan, pria yang satu meloncat dan memanjat sebuah pohon untuk bersembunyi di atas, tanpa mempedulikan nasib temannya. Yang lain merasa ditinggal dan terpaksa menghadapi hewan buas itu seorang diri tanpa senjata. Apa yang dilakukan? Ia menjatuhkan dirinya di atas tanah, dengan menahan napas berpura-pura mati. Konon, beruang tidak tertarik pada orang yang sudah mati.
Begitu mendekat, moncong si beruang lantas mengendus-endus kepala, hidung, telinga dan dadanya. Mungkin, lantaran tidak bernapas, akhirnya si beruang tak tertarik dan pergi.
Ketika hewan tersebut sudah menghilang dari pandangan, sahabat yang bersembunyi di atas pohon turun dan mendekati temannya yang masih tergolek di bawah. Ia menanyakan apa saja yang dikatakan beruang kepadanya dan mengapa ia lantas pergi. ”Dari tadi aku lihat beruang itu membisikkan sesuatuke telingamu cukup lama.”
”oh, itu tidak penting, ia hanya membisikkan sesuatu kepadaku agar hati-hati memilih teman. Ia heran, bagaimana aku bisa mengajak teman yang tiba-tiba meninggalkan aku sendirian ketika mendapat kesulitan.”
Itulah kehidupan. Secara hitam putih, tergambarkan oleh dua manusia tadi. Nah, anda termasuk yang mana. Si pura-pura atau si pemanjat pohon.

Intisari, Agustus, 2007
Sumber : LKS TUNTAS PKN penerbit CV. GRAHA PUSTAKA JAKARTA
No comments:
Post a Comment